Di
Kota Bima, Selasa sore lalu, petasan atau mercon menyalak berkali-kali
menjelang Magrib. Demikian juga pada siang hari sebelumnya. Menjelang Ramadan,
anak-anak marak menyalakan petasan, bahkan saat siang hari, shalat tarawih, dan
usai Subuh. Kebiasaan itu sudah berlangsung sejak lama.
Warga meminta agar penjualan penggunaan
petasan itu bisa diawasi karena merupakan kebiasaan negatif yang berkembang di
kalangan anak-anak Muslim.
Seperti disampaikan Faridah, warga Kelurahan
Santi, Rabu (11/06). Dia meminta agar orangtua lebih ketat mengawasi anak-anak
karena sejak beberapa hari terakhir mulai meledakkan petasan. Maraknya bunyi
petasan menjelang Ramadan merupakan sinyal negatif karena tidak berkaitan
dengan persiapan memasuki Ramadan. “Orangtua jangan lengah mengawasi anak-anak,
karena apa yang mereka lakukan tidak positif,” katanya di Santi.
Guru Pendidikan Agama Islam pada SMKN 1
Kabupaten Bima di Lambu ini mengingatkan, peledakan petasan akan berbahaya bagi
tubuh karena kesalahan teknis bisa saja terjadi. Sudah banyak contoh pada
Ramadan sebelumnya yang menimpa anak-anak.
Dia meminta agar pemahaman menghadapi dan
saat Ramadan dikaitkan dengan petasan dihilangkan karena masih banyak hal
positif yang bisa dilakukan, seperti mengaji. “Kita harapkan masyarakat Muslim
menyadarinya,” harapnya.
Jadi ingatkan anak-anak agar menghindari
petasan dan mengawasi aktivitas permainannya. (BM)
Posting Komentar