Selamat datang di blog komunitas Kampung Media Sape-Lambu

Lewo, Koreografer ‘Bertangan Dingin’

Senin, 12 Mei 20140 komentar



KM Parapi: Siapa yang tidak mengenal nama Lewo. Pria penuh kreasi dan ‘bertangan dingin’ kelahiran Desa Sari Kecamatan Sape ini. Ekspresi seni yang ditampilkannya sebagai koreografer telah melejitkan namanya dalam blantika seni Dana Mbojo.

Dia menjadi Pembina yang sering diutus untuk mendampingi penari ke berbagai ajang  level provinsi dan nasional. Begitu sarat aktivitas, sehingga hari-harinya difokuskan untuk mengeksplorasi kemampuan seninya. Semuanya didedikasikan untuk kelestarian budaya Mbojo.

Tidak hanya menjadi Pembina dan menata gerak siswa binaannya, tetapi juga mampu melakoninya pada empat tempat sekaligus. Sejumlah sekolah meliriknya ketika memilih mengikutkan siswa mengikuti lomba. Peran ganda Lewo ini menjadikannya objek buruan ketika festival, lomba, atau atraksi seni-budaya akan dihelat.    

Buktinya, Festival Kesenian Tradisional Antar-SMP-SMA  se Bima-Dompu yang diselenggarakan Komunitas Sarangge Mbojo memeringati Hari Jadi ke-12 Kota Bima, pekan lalu, Lewo membagi perhatiannya pada empat lokasi. Menjadi Koreografer Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sape, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kabupaten Bima, SPPN Kota Bima, dan SMPN 6 Lambu.

Dalam festival bertema ‘Mbojo Berbudaya, Mbojo Berkarakter’ itu, anak asuhnya meraih prestasi. Yakni  juara pertama diraih SMPN 6 Lambu, juara 2  diraih MAN  Sape dibawah SMKN 3 Kota Bima yang meraih juara 1. Juara Harapan 1 diraih SMKN 1 Bima, sedangkan juara Harapan 2 SPPN Kota Bima.

Apa saja kata Lewo? “Saya melatih serius pada empat titik dengan cerita berbeda,” katanya di museum Asi Mbojo, pekan lalu, saat persiapan pulang dari lokasi.

Dijelaskan alumni IKIP Negeri Malang ini, dalam festival kali ini, MAN 1 Sape mengetengahkan tema Supu Rasa. Seputar cerita kekuatan jahat yang dilawan,  kemudian datang ulama dan menyadarkan masyarakat. Duta SMKN 1 Bima mengambil tema ‘Mpa’a Mantoi’ mengenang permainan kawongga, mpa sari, dan o’o.

SPPN Kota Bima dipilih tema Sumpah Parapi. Sejarah sumpah kesetiaan rakyat Mbojo pada Sangaji untuk memeluk agama Islam di Sape atau menandai sejarah masuknya Islam di Dana Mbojo.

SMPN  6 Lambu menyuguhkan Tambulate,  jenis  bunga yang tidak pernah layu. Sinyal bentuk kesetiaan dan ketaatan yang tidak lekang oleh putaran jaman.

Dia mengharapkan agar festival seperti itu rutin digelar untuk menumbuhkan kesadaran budaya dan kesenian pada kaum remaja agar budaya Bima tidak punah. (BM)

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Kampung Media NTB | Pemkab Bima | Irank_Scripteerrr | Kampung Kita | Info Bima Terkini
Copyright © 2013. Parapi-Sape - All Rights Reserved
Modify by irank_scripteeer
Proudly powered by Blogger