Kata-katanya
lancar. Ketegaran terlihat, suaranya pun mengalir begitu saja bak air. Sesekali
tangisnya lepas. Para pelayat pun ikut hanyut dalam kesedihan.
Apasaja
yang disampaikannya? “Semua akan kembali kepada Allah. Saya menyayanginya.
Anak-anak masih membutuhkannya, tapi Allah lebih mencintainya,” ujar Dinda,
sapaan akrabnya.
Dinda
menyampaikan permintaan maaf terhadap semua kesalahan almarhum, karena manusia
tidak ada yang sempurna. “Saya percaya almarhum bukan makhluk sempurna, sebagai
Sultan, sebagai Bupati, dan tokoh politik. Saya mewakili keluarga memohon
maaf,” pintanya lirih.
Selain
itu, kalaupun ada janji dan ucapan yang belum ditepati almarhum, dia meminta agar
diikhlaskan. Dinda pun sadar selama
menjadi pemimpin, tentunya almarhum belum bisa berlaku adil.
Diakuinya,
pemakaman di Dana Traha merupakan wasiatnya. “Almarhum berwasiat jika meninggal
nanti ingin dimakamkan disamping makam ayahnya,” ujarnya.
Almarhum
meninggalkan satu istri dan dua anak. Anak terakhir almarhum, baru berumur dua
tahun. Akhir kata-kata pelepasannya, Dinda pun mengucapkan selamat jalan.
“Selamat
jalan suamiku, selamat jalan penutanku, dan selamat jalan Sultan-ku,” ucapnya.
(BM)
Posting Komentar