KM
Parapi: Jika Anda ke Kecamatan Sape Kabupaten Bima, rasanya
belumlah lengkap jika tidak mengunjungi pantai Pasir Putih (Sarae Bura) di Desa
Bajo Pulo. Hanya sekitar 15 menit dari pelabuhan Sape dengan bandrol biaya perahu
motor (palimba) Rp5.000 atau Rp10.000 untuk pergi-pulang. Setelah itu, pesona
pantai yang menghadap laut lepas itu bisa dinikmati.
Di sana, Anda bisa
mengeksplorasi khayalan dan meneguhkan hati soal keindahan ciptaan Allah. Sang
Mahapencipta Alam Semesta.
Pasirnya putih, sesuai
namanya. Butirannya kecil dan halus. Dalam referensi petualangan kami, jenis
pasir seperti itu ada juga di pantai Torowamba (Sape bagian Utara), pantai Baku
(Lambu bagian Selatan), dan pantai Rontu (Monta). Biasanya, saat akhir pekan
atau hari libur, Pasir Putih ramai dikunjungi. Wisatawan mancanegara pun
mengintip pesonanya.
Di sana, tidak hanya bibir
pantai menawan nan eksotik yang bisa dilihat, tetapi juga karang-karang
yang berbentuk indah. Bak benteng pertahanan pulau itu untuk menahan gempuran
ombak yang setiap saat menderu-deru. Pantai di ujung Timur Provinsi NTB itu
membandrol pesona alami.
Desa Bajo Pulo dihuni oleh
masyarakat etnis Bajo. Mereka memiliki bahasa ‘planet’ tersendiri yang tidak
dipahami oleh masyarakat Sape umumnya. Logat dan dialek mereka ketika
berinteraksi dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan semakin menambah kaya warna.
Sejauh ini, konflik warga di pulau itu jarang terdengar. Masyarakat Sape dan
Bima umumnya hanya dihentakan kasus tewasnya warga karena penembakan oleh
aparat karena dugaan pengeboman ikan.
Ya, mereka akrab dengan laut
karena itulah nyawa mereka. ‘Persetubuhan’ mereka dengan kelautan adalah
penyatuan utuh.
Melihat Bajo Pulo dari
pelabuhan Sape seperti mengintip panggung mini penuh corak lampu warna-warni di
tengah pusaran samudera. Indah memesona. Makanya, lesehan di sekitar areal
parkir pelabuhan Sape ramai dikunjungi kawula muda dan keluarga pada akhir
pekan. Menyeruput kopi dan minuman ringan lainnya, terlibat dalam obrolan ringan,
dalam suasana pantai disertai desahan angin sepoi-sepoi, merupakan magnet tersendiri.
Fauziah, warga Kabupaten
Bima yang pekan lalu mengunjungi pantai itu memuji pesona pasirnya saat bersama
teman-temannya yang bekerja pada instansi kesehatan di Kota Bima. Suasana
alami terasa. Sebagai areal refreshing, Pasir Putih adalah pilihan bagus. Jauh
dari dinamika kehidupan masyarakat yang kian keras dan menantang. Kebisingan
dan polusi. Ada damai di sana.
“Pantainya indah banget. Beda
dengan pantai-pantai lainnya. Hanya pasir yang ada, nggak ada sampah, nggak ada batu-batu yang merusak pemandangan laut dan
airnya sangat jernih,” katanya.
Bagi Anggen, pesona dan
potensi Pasir Putih baru dilihatnya. Dia mengaku belum pernah melihat pantai
sebagus itu di wilayah Bima. “Keren pantainya. Saya tidak pernah lihat pantai
sebagus itu di Bima,” katanya.
Rekan Anggen, Dini, punya
penilaian yang hampir sama. Rupanya, Pasir Putih Bajo Pulo adalah mutiara
terpendam dalam dunia kepariwisataan Kabupaten Bima. Berada di tengah pulau
dengan pemandangan eksotik. Nah, tinggal bagaimana kreativitas Pemerintah Daerah
‘menyulap’ keadaan menjadi lebih indah.
Lalu apa penilaiannya?
“Bagus pantainya. Pasirnya putih, dingin, pokoknya keren banget deh,” pujinya.
Pesona Pasir Putih rupanya
tidak akan pernah dilupakan oleh Har. Saat menyusuri perairan laut dari
pelabuhan Sape, suasana indah menyergap relung hati wanita berkacamata ini.
Air laut membiru bersih. Sebelum tiba di lokasi, karang kukuh di bagian Selatan
seolah membentengi areal itu dari sergapan ombak.
Apresiasi pun meluncur. “Bagus
banget, pemandangannya indah. Luarbiasa!,” katanya.
Pandangan Suji hampir sama.
Ada keindahan suasana yang terasa hadir begitu kuat mewarnai dinding kesadaran.
Suasana lingkungan Bajo Polu juga menyimpan keunikan tersendiri. “Indah, kita
di sana banyak menemukan keindahan laut. Di perjalanan juga kita bisa melihat
kehidupan penduduk Bajo Pulo yang unik. Transportasi semuanya menggunakan
sampan,” katanya.
Namun, ada juga harapan untuk penataan pantai Pasir Putih. Saat mengunjungi lokasi itu, awal tahun 2013 lalu, sejumlah pengunjung meminta agar barugak diperbanyak lagi untuk menampung pengunjung. Selain itu, dibuat yang lebih representatif.
Aspek yang tidak kalah pentingnya
adalah memastikan kenyamanan dan keamanan pengunjung di areal itu. Masalahnya,
pencitraan terhadap lokasi tertentu akan memenggaruhi pilihan publik untuk referensi
kunjungan. Sayang kan, pesona indah di tengah biru samudera itu tidak dilirik lagi
karena noda suasana yang menghentak hati publik.
Anda penasaran ingin menikmati pantai Pasir Putih? Segera ke sana pada kesempatan pertama. (BM)
Posting Komentar