KM Parapi: Anak-anak di wilayah
perkampungan punya banyak cara membantu orangtuanya mencari nafkah. Menjual kue, jajanan lainnya,
atau barang kebutuhan dapur. Mereka melakukannya penuh tanggungjawab. Tidak
kaku atau canggung.
Abubakar
dan Ridwan, dua bocah asal Desa Tarlawi Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, adalah
contohnya.
Pekan lalu, mereka menyisir wilayah Kecamatan
Sape untuk menjajakan nyiru (doku)--alat
rumah-tangga, berbentuk bundar, dibuat dari bambu yang dianyam untuk menampi beras dan sejenisnya.
Meski
terik menyengat kulit, keringat bercucuran. Mereka tetap bergerilya. Mentari
bak berjumlah tiga yang saat ini memayungi
kanvas lagit Sape tidak dipedulikannya.
Mereka menyusuri jalanan ramai dan tengah
kampung. Kadang bertemu rekan seusianya
yang sedang bermain-main di tengah gang dan halaman rumah.
Saat itu, jualan mereka terbilang laku. Satu
nyiru dijual seharga Rp10 ribu hingga Rp12 ribu. Betapa tidak. Hingga pukul
10.00 WITA, sebagian besar terjual.
Abubakar mengaku membawa 20 unit, sedangkan
Ridwan lebih banyak lagi, 25 unit. Hasilnya, di tangan Abubakar tinggal 4,
sedangkan Ridwan 5 unit.
Nyaris tidak ada kata rayuan pada pembeli
yang mereka ucapkan. Kaum Ibu yang melihat mereka membawa alat itu kerap
memanggil dan membelinya. Bahkan, penumpang benhur pun menghentikan laju kuda
untuk membeli alat itu. Alhasil, saat itu ada dua unit yang terjual dan dua
bocah itu mendapat “bonus” lainnya. Dua bungkus nasi dan air mineral dari
warga.
Bagaimana perjalanan Abubakar dan Ridwan
menjual nyiru? Abubakar mengaku, berangkat dari Tarlawi sejak pagi dan
menumpang ojek. Biaya yang dikeluarkannya sebanyak Rp15 ribu. Mereka dilepas di
tengah wilayah Sape, setelah itu menguatkan hati memilih langkah sesuai naluri
bisnis.
Benar saja, Abubakar mengaku jualannya laku
malah muncul beragam simpati dari masyarakat. Maksudnya, tidak hanya sekadar
membeli nyiru, tetapi memberikan makanan dan air minum di tengah menyengat di
wilayah Timur Dana Mbojo itu.
Ridwan pun mengaku demikian. Dia memanfaatkan
hari Minggu untuk membantu perekonomian orangtuanya. Tidak ada rasa canggung,
apalagi malu. (BM)
Posting Komentar