Selamat datang di blog komunitas Kampung Media Sape-Lambu

Geliat Pembuatan Garanji di Sape

Senin, 25 November 20130 komentar


KM Parapi: Sekitar dua puluhan tahun lalu, pembuatan keranjang dari bambu yang dibelah (garanji) mewarnai suasana kampung Sigi Desa Nae Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Ada Ompu Poro, Uba Geno, Uba Ziah, Uba Lia, dan Momi.

Umumnya mereka membuat keranjang untuk tempat bawang yang dikirim keluar daerah. Tingginya sekitar satu meter dan berdiameter sekitar 40 centimeter. Bisa juga sesuai pesanan. Namun, seiring guliran waktu usaha kreatif mereka terhenti. Tidak ada generasi pada keluarga mereka.

Kini, pergerakan kreativitas itu bergeser ke arah Timur. Kelompok warga desa tetangga yang kini menangguk keuntungan dari semakin banyaknya permintaan pelanggan.

Kreativitas   masyarakat itu bisa dilihat di Desa Naru Barat, Naru, Rasabou, dan Sangia. Keranjang dibutuhkan oleh para pedagang dan pengumpul untuk menyimpan ikan, mangga, tomat, bawang, cabai, dan hasil bumi lainnya. Terutama yang diangkut keluar daerah.

Abdullah, warga RT 03 Naru Barat, mengaku sudah belasan tahun menggeluti usaha itu dan hasilnya bisa membantu kebutuhan keluarganya. Saat pembuatan kadang seluruh anggota keluarganya terlibat. Apalagi, jika ada pesanan berjumlah banyak.

Selama proses pembuatan, tidak ada kendala berarti. Dibutuhkan ketelitian saat memilah bambu dan pemeriksaan terhadap hasil produksi. “Paling yang sering terjadi tangan terbentur ranting bambu dan parang,” katanya di lokasi kerja, Rabu siang.

Katanya, harga jual satu keranjang senilai Rp10-000 hingga Rp15.000. Namun, ada juga yang menjual di bawah nilai itu karena keterpaksaan. Dia mengaku selalu menjaga kualitas produknya agar tetap menarik perhatian pelanggan.

Abdullah mengatakan, bambu dipasok penjual dari pegunungan Kecamatan Lambu. Kini harganya terus merangkak naik. Sebelumnya, dijual seharga Rp38 ribu/ikat, namun kini sesuai kondisi aktual menjadi Rp47 ribu hingga Rp50 ribu. Masih ada biaya yang dikeluarkan, yakni menyewa anak-anak untuk membuat kerangka keranjang.

Diakuinya, proses yang paling sulit adalah membelah bambu (pina). Memang dilihat sepintas mudah, tetapi sesunguhnya memerlukan keahlian tersendiri memahami tipe bambu. “Saya kadang dibantu anak-anak. Kalau sendirian, satu ikat bisa sampai pukul satu siang membelahnya,” katanya.

Rekan Abdullah, Abdul Hafid mengatakan, usaha itu digelutinya sejak sekitar dua puluh tahun lalu dan hingga kini semakin banyak yang mengubernya. Produk keranjang dicari oleh para pedagang dan pengumpul barang dagangan untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu,  untuk menjamin barang dagangan seperti ikan, mangga, dan lainnya tetap awet.

Hafid mengaku, ada juga warga yang membuat garanji, seperti di Sangia, kampung Sumpi Oi Maci, dan Naru. Namun, usaha mereka tidak seagresif yang dilakukannya bersama rekan-rekan di tempatnya.

Saat wawancara, dua pedagang yang membeli keranjang muncul. Mereka membeli untuk kebutuhan tempat mangga yang akan diambilnya di Kecamatan Lambu. Pembeli lainnya untuk dibawa ke Kelurahan Kolo Kota Bima, juga untuk tempat mengumpulkan mangga. (BM)   

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Kampung Media NTB | Pemkab Bima | Irank_Scripteerrr | Kampung Kita | Info Bima Terkini
Copyright © 2013. Parapi-Sape - All Rights Reserved
Modify by irank_scripteeer
Proudly powered by Blogger