KM
Parapi: Anak-anak melestarikan berbagai macam permainan rakyat khas
daerah Bima. Biasanya mereka melakukannya pada sore hari sepulang sekolah di
halaman rumah atau tempat kosong lainnya.
Rupanya, ada juga yang
melakukannya di halaman sekolah saat jam istirahat belajar. Seperti yang
terlihat di SDN Inpres Nae Kecamatan Sape Kabupaten Bima, Senin lalu.
Mereka terlihat bermain
‘gopa’. Tidak hanya siswa wanita, tetapi yang pria. Mereka menikmatinya,
anak-anak memang dunianya bermain.
Apapun jenisnya, permainan
rakyat memang harus ditradisikan pada anak-anak agar mereka tidak gamang berada
dalam dekapan modernitas. nilai-nilai dan permainan lokal memiliki makna bagi
pembentukan karakter mereka.
Masih banyak permainan lainnya
yang bisa ditradisikan. Ada yang berupa kesenian untuk hiburan dan olahraga untuk
mengadu ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan. Diantaranya yang disebangi adalah
tutu kalikuma, puri-puri kalo, mpa’a ncimi kolo,
mpa’a arugele. Jenis olahraga adalah tapa gala, kawongga, hola, ddunggi, dan gopa.
Disamping sisi positifnya, anak-anak
juga bisa terlena karena permainan itu sehingga bisa merusak akhlak dan moralnya.
Oleh karena itulah, kaum dewasa dan orangtua yang diharapkan berperan dan mencegahnya.
Bagaimana menghidupkan
permainan rakyat? Akan lebih bagus kalau Pemerintah Kota dan Kabupaten Bima memfasilitasinya
dalam lomba, sekaligus sebagai ajang budaya dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal.
(BM)
Posting Komentar