KM Parapi: Sebulan terakhir ini harga bahan bangunan di pasar Bima melonjak, terutama semen dan besi. Kenaikan berkisar Rp10 ribu. Imbasnya banyak pedagang merugi, kontraktor pun meradang.
Harga semen jenis Tiga Roda dari sebelumnya Rp63.000, sejak dua pekan ini merangkak naik kisaran Rp73.000/sak. Itu pun berbeda pada
beberapa penjual, bahkan ada sampai Rp75 ribu/sak. Di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima, malah melejit hingga Rp85 ribu.
Kemudian merek Bosowa dari Rp60.000 kini naik menjadi
Rp68.000/sak. Beberapa merek lain tidak
ada di pasaran. Seperti Tonasa dan Gresik sudah tiga bulan tidak ada stok
yang dipasarkan. Mengapa harganya
melambung?
Menurut para pedagang, kalau harga naik yang untung adalah pedagang.
Namun, saat ini sebaliknya pedagang
merugi karena stok barang tidak ada. Imbasnya pembeli hanya sedikit sesuai stok
yang tersedia. Ditambah lagi pelanggan saat ini masih enggan membeli bahan
bangunan.
Bersamaan dengan itu harga besi
pun naik. Kisaran kenaikannya antara Rp2.500 sampai Rp3.000. Kenaikan selama
bulan Oktober saja sudah sampai limakali.
Begitu pun bahan seng, kenaikannya signifikan. Sebelumnya hanya
Rp35.000/lembar kini naik menjadi Rp45.000/lembar.
Warga Kecamatan Sape, Ida, kepada Bimeks mengeluhkan pergerakan harga
vahan bangunan sejak sebulan terakhir. Saat ini, semen jenis Tiga Roda yang
dijual di wilayah Sape sudah menembus harga Rp85 ribu/sak. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat mengeluh dan
pedagang kesulitan memenuhi Delivery Order dari pelanggan.
Dia mengharapkan pemerintah segera mengantisipasi, misalnya melalui pengecekan
untuk memastikan bahwa tidak ada penimbunan barang.
Dari informasi yang diterimanya, kenaikan harga semen dan lainnya itu
karena saat akhir tahun 2014 berbagai proyek dilaksanakan. Misalnya rehab dan
pembangunan sekolah, dari proyek pemerintah, dan PNPM serta pembangunan lainnya.
(BM)
Posting Komentar