Sejumlah pihak yang pernah mengenalnya dalam interaksi sehari-hari dan dalam rutinitas kegiatan Pramuka pun merasakan kehilangan sosoknya.
Zulhaidin, misalnya, mengaku terakhir kali bertemu dengan almarhum pada pekan lalu saat kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 di LPMP NTB. Selama tiga hari berturut-turut bercerita dan berkisah. Selain itu, berbagai ide untuk membangun Pramuka Bima ke depan.
“Beliau meninggalkan banyak gagasan cerdas dan ide-ide brilian untuk membangun Pramuka,” katanya dalam statusnya di media social Facebook.
Katanya, sejak tahun 1996 saat mengikuti Jambore Nasional, almarhum sudah lama aktif pada organisasi Pramuka. Kepergian Mingguyono merupakan kehilangan putra daerah yang membangun melalui wadah Pramuka.
Sejumlah orang yang pernah mengenalnya, seperti
Dede Ridwan, mengaku kehilangan sosok yang mampu
berperan sebagai kakak, guru, dan pembina yang luarbiasa. “Semoga Allah memberi
tempat terbaik dan diampunkan segala dosanya,” katanya.
Ucapan duka juga muncul dari Ulul Barcelonizta, dari Kabupaten Dompu. Dia berharap pascawafatnya almarhum, gagasan dan ide cemerlangnya tetap dikenang. Segenap Kwarran Dore Kilo Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu menyampaikan dukacita dan almarhum. “Selamat jalan, jasamu akan kukenang selalu,” katanya.
Ucapan duka juga muncul dari Ulul Barcelonizta, dari Kabupaten Dompu. Dia berharap pascawafatnya almarhum, gagasan dan ide cemerlangnya tetap dikenang. Segenap Kwarran Dore Kilo Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu menyampaikan dukacita dan almarhum. “Selamat jalan, jasamu akan kukenang selalu,” katanya.
Pengurus PGRI NTB, Ali Rahim, juga merasa kehilangan almarhum. Keluarga besar PGRI NTB turut berbelasungkawa dan berharap amal ibadah diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan. (BM)
Posting Komentar