Jamaah juga memanfaatkan
ruas jalan lintas Sape-Wera untuk tempat shalat. Umumnya kaum remaja dan anak-anak.
Meski terik menyengat, namun
jamaah tetap sabar mengikuti keseluruhan prosesi. Sebagian ada yang menggunakan
payung. Anak-anak pun terlihat menikmati mainan seperti balon di tengah
kerumunan jamaah.
Hanya saja, disayangkan saat
khatib ingin memulai doa, sebagian jamaah bagian luar dan pinggir jalan raya
sudah beranjak pulang. Sebagian besar membawa anak-anak.
Saat itu, Khatib Jauhar memaparkan sejarah seputar
penyembelihan Ismail atas perintah Allah kepada Ibrahim. Ujian keimanan itu
berakhir dengan digantinya objek qurban dengan qibas. Sejarah monumental yang
menjadi dasar ibadah qurban itu dijelaskannya dalam suara lantang, seolah
mengimbangi sengatan matahari di wilayah Sape.
Khatib juga menekankan pentingnya pendidikan dan pengawasan terhadap
anak. Jika orangtua meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga. Yakni ilmu yang bermanfaatkan, amal jariyah, dan
doa anak saleh. Anak shaleh merupakan investasi bagi kehidupan masa depan.
Sebaliknya, anak yang tidak shale akan membebani orangtuanya saat akhirat
kelak.
Katanya, Islam menganjurkan agar memberikan nafkah halal kepada
keluarganya. Jangan sampai barang haram diberikan kepada keluarga untuk
kebutuhan hidup. (BM)
Posting Komentar